Rabu, 17 April 2013

SEJARAH DAN KEBUDAYAAN WAYANG




ARTIKEL WAYANG KULIT
Wayang
WAYANG salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia yang paling menonjol di antara banyak karya budaya lainnya. Budaya wayang meliputi seni peran, seni suara, seni musik, seni tutur, seni sastra, seni lukis, seni pahat, dan juga seni perlambang. Budaya wayang, yang terus berkembang dari zaman ke zaman, juga merupakan media penerangan, dakwah, pendidikan, hiburan, pemahaman filsafat, serta hiburan.
Menurut penelitian para ahli sejarah kebudayaan, budaya wayang merupakan budaya asli Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Keberadaan wayang sudah berabad-abad sebelum agama Hindu masuk ke Pulau Jawa. Walaupun cerita wayang yang populer di masyarakat masa kini merupakan adaptasi dari karya sastra India, yaitu Ramayana dan Mahabarata. Kedua induk cerita itu dalam pewayangan banyak mengalami pengubahan dan penambahan untuk menyesuaikannya dengan falsafah asli Indonesia.

Penyesuaian konsep filsafat ini juga menyangkut pada pandangan filosofis masyarakat Jawa terhadap kedudukan para dewa dalam pewayangan. Para dewa dalam pewayangan bukan lagi merupakan sesuatu yang bebas dari salah, melainkan seperti juga makhluk Tuhan lainnya, kadang-kadang bertindak keliru, dan bisa jadi khilaf. Hadirnya tokoh panakawan dalam_ pewayangan sengaja diciptakan para budayawan In­donesia (tepatnya budayawan Jawa) untuk mem­perkuat konsep filsafat bahwa di dunia ini tidak ada makhluk yang benar-benar baik, dan yang benar-benar jahat. Setiap makhluk selalu menyandang unsur kebaikan dan kejahatan.

Dalam disertasinya berjudul Bijdrage tot de Kennis van het Javaansche Tooneel (1897), ahli sejarah kebudayaan Belanda Dr. GA.J. Hazeau menunjukkan keyakinannya bahwa wayang merupakan pertunjukan asli Jawa. Pengertian wayang dalam disertasi Dr. Hazeau itu adalah walulang inukir (kulit yang diukir) dan dilihat bayangannya pada kelir. Dengan demikian, wayang yang dimaksud tentunya adalah Wayang Kulit seperti yang kita kenal sekarang.

Asal Usul
Mengenai asal-usul wayang ini, di dunia ada dua pendapat. Pertama, pendapat bahwa wayang berasal dan lahir pertama kali di Pulau Jawa, tepatnya di Jawa Timur. Pendapat ini selain dianut dan dikemukakan oleh para peneliti dan ahli-ahli bangsa Indonesia, juga merupakan hasil penelitian sarjana-sarjana Barat. Di antara para sarjana Barat yang termasuk kelompok ini, adalah Hazeau, Brandes, Kats, Rentse, dan Kruyt.

Alasan mereka cukup kuat. Di antaranya, bahwa seni wayang masih amat erat kaitannya dengan keadaan sosiokultural dan religi bangsa Indonesia, khususnya orang Jawa. Panakawan, tokoh terpenting dalam pewayangan, yakni Semar, Gareng, Petruk, Bagong, hanya ada dalam pewayangan Indonesia, dan tidak di negara lain. Selain itu, nama dan istilah teknis pewayangan, semuanya berasal dari bahasa Jawa (Kuna), dan bukan bahasa lain.

Sementara itu, pendapat kedua menduga wayang berasal dari India, yang dibawa bersama dengan agama Hindu ke Indonesia. Mereka antara lain adalah Pischel, Hidding, Krom, Poensen, Goslings, dan Rassers. Sebagian besar kelompok kedua ini adalah sarjana Inggris, negeri Eropa yang pernah menjajah India.

Namun, sejak tahun 1950-an, buku-buku pe­wayangan seolah sudah sepakat bahwa wayang memang berasal dari Pulau Jawa, dan sama sekali tidak diimpor dari negara lain.

Budaya wayang diperkirakan sudah lahir di Indo­nesia setidaknya pada zaman pemerintahan Prabu Airlangga, raja Kahuripan (976 -1012), yakni ketika kerajaan di Jawa Timur itu sedang makmur-makmur­nya. Karya sastra yang menjadi bahan cerita wayang sudah ditulis oleh para pujangga Indonesia, sejak abad X. Antara lain, naskah sastra Kitab Ramayana Kakawin berbahasa Jawa Kuna ditulis pada masa pemerintahan raja Dyah Balitung (989-910), yang merupakan gubahan dari Kitab Ramayana karangan pujangga In­dia, Walmiki. Selanjutnya, para pujangga Jawa tidak lagi hanya menerjemahkan Ramayana dan Mahabarata ke bahasa Jawa Kuna, tetapi menggubahnya dan menceritakan kembali dengan memasukkan falsafah Jawa kedalamnya. Contohnya, karya Empu Kanwa Arjunawiwaha Kakawin, yang merupakan gubahan yang berinduk pada Kitab Mahabarata. Gubahan lain yang lebih nyata bedanya derigan cerita asli versi In­dia, adalah Baratayuda Kakawin karya Empu Sedah dan Empu Panuluh. Karya agung ini dikerjakan pada masa pemerintahan Prabu Jayabaya, raja Kediri (1130 - 1160).

Wayang sebagai suatu pergelaran dan tontonan pun sudah dimulai ada sejak zaman pemerintahan raja Airlangga. Beberapa prasasti yang dibuat pada masa itu antara lain sudah menyebutkan kata-kata "mawa­yang" dan `aringgit' yang maksudnya adalah per­tunjukan wayang.

Mengenai saat kelahiran budaya wayang, Ir. Sri Mulyono dalam bukunya Simbolisme dan Mistikisme dalam Wayang (1979), memperkirakan wayang sudah ada sejak zaman neolithikum, yakni kira-kira 1.500 tahun sebelum Masehi. Pendapatnya itu didasarkan atas tulisan Robert von Heine-Geldern Ph. D, Prehis­toric Research in the Netherland Indie (1945) dan tulisan Prof. K.A.H. Hidding di Ensiklopedia Indone­sia halaman 987.

Kata `wayang' diduga berasal dari kata `wewa­yangan', yang artinya bayangan. Dugaan ini sesuai dengan kenyataan pada pergelaran Wayang Kulit yang menggunakan kelir, secarik kain, sebagai pembatas antara dalang yang memainkan wayang, dan penonton di balik kelir itu. Penonton hanya menyaksikan gerakan-gerakan wayang melalui bayangan yang jatuh pada kelir. Pada masa itu pergelaran wayang hanya diiringi oleh seperangkat gamelan sederhana yang terdiri atas saron, todung (sejenis seruling), dan kemanak. Jenis gamelan lain dan pesinden pada masa itu diduga belum ada.

Untuk lebih menjawakan budaya wayang, sejak awal zaman Kerajaan Majapahit diperkenalkan cerita wayang lain yang tidak berinduk pada Kitab Ramayana dan Mahabarata. Sejak saat itulah cerita­cerita Panji; yakni cerita tentang leluhur raja-raja Majapahit, mulai diperkenalkan sebagai salah satu bentuk wayang yang lain. Cerita Panji ini kemudian lebih banyak digunakan untuk pertunjukan Wayang Beber. Tradisi menjawakan cerita wayang juga diteruskan oleh beberapa ulama Islam, di antaranya oleh para Wali Sanga. Mereka mulai mewayangkan kisah para raja
Majapahit, diantaranyaceritaDamarwulan.

Masuknya agama Islam ke Indonesia sejak abad ke-15 juga memberi pengaruh besar pada budaya wayang, terutama pada konsep religi dari falsafah wayang itu. Pada awal abad ke-15, yakni zaman Kerajaan Demak, mulai digunakan lampu minyak berbentuk khusus yang disebut blencong pada pergelaran Wayang Kulit.

Sejak zaman Kartasura, penggubahan cerita wayang yang berinduk pada Ramayana dan mahabarata makin jauh dari aslinya. Sejak zaman itulah masyarakat penggemar wayang mengenal silsilah tokoh wayang, termasuk tokoh dewanya, yang berawal dari Nabi Adam. Sisilah itu terus berlanjut hingga sampai pada raja-raja di Pulau Jawa. Dan selanjutnya, mulai dikenal pula adanya cerita wayang pakem. yang sesuai standar cerita, dan cerita wayang carangan yang diluar garis standar. Selain itu masih ada lagi yang disebut lakon sempalan, yang sudah terlalu jauh keluar dari cerita pakem.

Memang, karena begitu kuatnya seni wayang berakar dalam budaya bangsa Indonesia, sehingga terjadilah beberapa kerancuan antara cerita wayang, legenda, dan sejarah. Jika orang India beranggapan bahwa kisah Mahabarata serta Ramayana benar-benar terjadi di negerinya, orang Jawa pun menganggap kisah pewayangan benar-benar pernah terjadi di pulau Jawa.

Dan di wilayah Kulonprogo sendiri wayang masih sangatlah diminati oleh semua kalangan. Bukan hanya oleh orang tua saja, tapi juga anak remaja bahkan anak kecil juga telah biasa melihat pertunjukan wayang. Disamping itu wayang juga biasa di gunakan dalam acara-acara tertentu di daerah kulonprogo ini, baik di wilayah kota Wates ataupun di daerah pelosok di Kulonprogo.


Jenis-jenis wayang menurut bahan pembuatan
  1. Wayang Golek/Wayang Thengul
  2. Wayang Menak
  3. Wayang Papak/Wayang Cepak
  4. Wayang Klithik
  5. Wayang Timplong
  6. Wayang Potehi
  1. Wayang Gung
  2. Wayang Topeng
Jenis-jenis wayang menurut asal daerah
Beberapa seni budaya wayang selain menggunakan bahasa Jawa, bahasa Sunda, dan bahasa Bali juga ada yang menggunakan bahasa Melayu lokal seperti bahasa Betawi, bahasa Palembang, dan bahasa Banjar. Beberapa diantaranya antara lain:
OPINI : Menurut saya wayang kulit sangat melekat dengan indonesia dan wayang kulit amat bersejarah, oleh karena itu wayang harus di jaga dan di lestarikan sebagai salah satu warisan Indonesia yang bersejarah.


SUMBER :
                       

Rabu, 10 April 2013

DINAMIKA PANCASILA



DINAMIKA PANCASILA
Pengamalan dari Pancasila pasti bisa terlihat jelas dari perbuatan setiap orang dalam sehari-hari. Maraknya pelanggaran hukum seperti korupsi menunjukkan kurangnya pengamalan seseorang terhadap Pancasila. Sudah menjadi rahasia umum dan sulit untuk dipungkiri bahwa banyak orang yang melakukan pengamalan Pancasila hanya saat dilihat orang dan saat berniat dan/atau sudah memiliki kekuasaan. Sudah sangat banyak integritas dari pejabat pemerintahan baik daerah maupun nasional yang diragukan.
Bentuk urgensi dari ideologi bagi suatu negara dapat dilihat dari fungsi ideologi itu sendiri. Ideologi membentuk identitas atau ciri kelompok atau bangsa yang mempersatukan orang-orang yang memiliki ideologi yang sama. Perbandingannya bahwa agama mempersatukan orang dari berbagai pandangan hidup bahkan dari berbagai ideologi. Sebaliknya ideologi mempersatukan orang dari berbagai agama. Jika membahas mengenai agaman adalah hal yang sangan riskan dengan konflik. Maka untuk mengatasi perpecahan itu ideologi bisa menjadi alat pemersatu. Indonesia memiliki Pancasila sebagai alat pemersatu Indonesia dari berbagai suku, agama, dan ras yang berbeda-beda. Berbeda-beda tetapi tetap satu dan satu bukan berarti harus melebur.
Pancasila suatu adalah dasar Negara indonesia yang sudah sangat amat  melekat pada diri Indonesia, dan Indonesia tidak bisa kehilang pancasila, karna isinya yang bermakna. Dari ketuhanan yang maha esa, masyarakat sudah membuktikan dengan berbeda agama, tapi tuhan di setiap agama hanya satu , dan sila pertama inilah sumber dari sila-sila selanjutnya. Dan di susul dengan kemanusiaan yang adil dan beradab sila ini juga tidak bisa di hilangkan karna jika dihilangkan manisia akan seenaknya tidak adil dan berprilaku semena-mena dan itu tidak ada hukumnya jika sila ini di hilangkan. Selanjutnya persatuan Indonesia sila ini juga sangat bergantung pada Indonesia dan bisa di katakana bineka tunggal ika yang artinya berbeda-beda tapi satu jua, Indonesia bisa bersatu dengan bahasanya.
                Dengan adanya pancasila rakyat Indonesia bisa bersatu , kecuali orang-orang yang tidak berfikir, dan hanya dengan emosi semata, memang harus di tanamkan sejak dini tantang pancasila itu sendiri, bahkan di setiap jenjang pendidikan harus di tanamkan rasa memiliki pancasila itu sendiri, di jenjang mahasiswa kita harus bisa memaklumi perbedaan yang ada tantang adanya pancasila, karna setahap mahasiswa bisa berfikir dengan dewasa, dengan kedewasaan itu mahasiswa bisa bersatu dengan mahasiswa lain yang berbeda pendapat tentang pencasila, kernanya dengan adanya perbedaan biasanya siapaun bisa berperang , dan itu tercantum pada pancasila, persatuan indonesia.
                Setuju dangan adanya pancasial, karna ke lima pancasila sangat berkaitan dengan kehidupan masyarakat Indonesia, terutama sila pertama ketuhanan yang maha esa, sila pertama ini sudah di junjung tinggi oleh masyarakat, dengan berbagai macam kegiatan keagamaan, dan itu membuat masyarakat Indonesia sangat menghargai agama yang satu dengan agama yang lain. Walaupun saat ini kegiatan keagamaan sudah mulai pudar, karna globalisasi.


                

Rabu, 03 April 2013

BUDAYA INDONESIA DARI SEGI ALAT MUSIK



Alat Musik Tradisional Indonesia

  • MACAM-MACAM, JENIS-JENIS DAN NAMA ALAT MUSIK TRADISIONAL INDONESIA
  • Alat Musik Tradisional Indonesia – Sebagai seorang rakyat dari sebuah negara Indonesia yang sangat kaya akan budaya, kali ini saya akan menulis lagi tentang salah satu kekayaan budaya Indonesia yaitu Alat Musik Tradisional Indonesia. Sebelumnya, saya juga sudah pernah menulis artikel yang bertema budaya Indonesia yang lain seperti.
  Alat Musik Tradisional Indonesia atau yang biasa juga disebut dengan alat musik daerah Indonesia sangat banyak sekali karena  biasanya masing-masing provinsi mempunyai alat musik tradisional masing-masing.
 Dibawah ini Anda dapat membaca artikel yang berhubungan dengan kumpulan jenis-jenis Alat Musik Tradisional Indonesia yang tersebar di  berbagai provinsi. Semoga dapat bermanfaat 
   1.   ANGKLUNG      
 Angklung adalah alat musik yang secara tradisional berkembang di masyarakat Jawa Barat. Alat musik ini dibuat dari bambu, dibunyikan dengan  cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi.
    2.  BEDUG
  Bedug merupakan alat musik tradisional yang telah digunakan sejak ribuan tahun lalu, yang memiliki fungsi sebagai alat komunikasi pada  zaman dahulu, baik dalam kegiatan ritual keagamaan maupun komunikasi antar masyarakat. Saat ini Bedug biasanya digunakan untuk memberi tahu masyarakat saat memasuki waktu shalat fardhu. Bedug biasanya juga digunakan saat masyarakat mengadakan takbir keliling untuk menyambut hari  raya Idul Fitri atau hari raya Idul Adha.
    3.  CALUNG
  Dilihat dari bentuknya, banyak masyarakat yang menyamakan Calung dengan Angklung. Meskipun hampir sama, namun cara membunyikan  alat  musik tersebut sangat berbeda. Angklung agar keluar bunyinya hanya digoyangkan, sedangkan cara menabuh Calung harus dengan cara 
 memukul  batang-batang bambu.
    4. GAMELAN
  Gamelan berasal dari bahasa Jawa yang artinya memukul atau menabuh. Beberapa provinsi yang sampai saat ini masih memakai gamelan saat  acara-acara adat yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah maupun di Bali. Gamelan saat ini juga makin terkenal saat dipakai untuk acara komedi yang  sangat  populer di televisi yaitu Opera Van Java (OVJ).
    5. KACAPI
 Alat musik kacapi sangat populer di kalangan masyarakat Sunda dan dipakai saat acara-acara yang berhubungan dengan kebudayaan.
    6. KOLINTANG
  Alat musik Kolintang merupakan alat musik asli daerah Minahasa Sulawesi Utara. Nama kolintang menurut masyarakat Minahasa berasal dari  suaranya: tong (nada rendah), ting (nada tinggi) dan tang (nada biasa). Dalam bahasa daerah setempat berarti, ajakan “Mari kita lakukan TONG  TING TANG” adalah: ” Mangemo kumolintang”. Ajakan tersebut akhirnya berubah menjadi kata kolintang agar mudah dilafal oleh masyarakat.
    7. PERERET PENGASIH-ASIH
  Pereret Pengasih-asih merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Jembrana Bali. Alat musik tersebut mirip dengan alat musik terompet,  namun terbuat dari kayu yang dibentuk sedemikian rupa yang akhirnya mengeluarkan bunyi-bunyian seperti terompet.
    8. REBAB
  Alat musik Rebab sendiri awalnya berasal dari jazirah Arab. Awal masuk ke Indonesia sekitar abad ke-8 saat para saudagar Arab memulai  invasi dagang ke beberapa daerah pesisir Sumatera dan pesisir Jawa. Alat musik Rebab sendiri merupakan alat musik gesek yang terdiri dari 2 atau  tiga utas  senar.
    9. REBANA
  Alat musik Rebana asal usulnya berasal dari Jazirah Arab seperti halnya Rebab. Alat musik Rebana sendiri biasanya digunakan dalam  kesenian  yang bernafaskan agama Islam seperti hadrah ataupun saat membaca shalawat burdah.
  10. SALUANG
  Alat musik Salang merupakan alat musik tradisional masyarakat Minangkabau Sumatera Barat. Alat musik tersebut merupakan alat musik tiup  yang serupa dengan alat musik seruling, namun pembuatannya lebih sederhana yaitu dengan melubangi bambu tipis atau yang biasa disebut oleh  masyarakat Minang dengan talang sebanyak 4 lubang.
  11. SASANDO
  Sasando merupakan alat musik tradisional Indonesia yang berasal dari Pulau Rote Nusa Tenggara Timur. Sasando sendiri berasal dari  kata Sari (petik) dan Sando (getar) yang kalau digabungkan memiliki makna bergetar saat dipetik. Sasando dimainkan dengan dua tangan dari arah  berlawanan, kiri ke kanan dan kanan ke kiri. Tangan kiri berfungsi memainkan melodi dan bas,  sementara tangan kanan bertugas memainkan  accord.
   12.SAMPEK
  Sampek merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Kalimantan tepatnya biasanya
digunakan oleh Suku Dayak. Alat musik ini terbuat  dari  berbagai jenis kayu. Namun, yang paling
sering dijadikan bahan adalah kayu arrow, kayu kapur, dan kayu ulin dan dibuat secara tradisional. 
 Proses pembuatan bisa memakan waktu berminggu minggu. Dibuat dengan 3 senar, 4 senar dan
6 senar. Biasanya sampek akan diukir sesuai  dengan keinginan pembuatnya.
  13. TALEMPONG
  Talempong merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Minangkabau Sumatera Barat. Alat musik tersebut termasuk dalam alat musik  pukul seperti halnya Gamelan yang ada di Jawa. Bahkan bentuknya pun juga hampir sama dengan Gamelan. Saat ini Talempong yang ada  dimasyarakat  kebanyakan terbuat dari kuningan meskipun masih ada juga Talempong yang terbuat dari kayu maupun batu.  Talempong biasanya  berbentuk lingkaran dengan diameter 15 sampai 17,5 sentimeter, pada bagian bawahnya berlubang sedangkan pada bagian atasnya terdapat  bundaran yang menonjol berdiameter lima sentimeter sebagai tempat untuk dipukul.
  14. TAMBO
  Alat musik Tambo merupakan alat musik yang berasal dari Nanggroe Aceh Darussalam. Cara penggunaan alat ini sama seperti Tambur yaitu  dengan cara dipukul. Dulunya alat tradisional tersebut dipakai sebagai tanda saat memasuki waktu shalat fardhu.
  15. TRITON
  Triton merupakan alat musik yang cara penggunaannya yaitu dengan ditiup. Alat musik tradisional ini berasal dari Papua. Alat musik ini  tersebar  di pesisir pantai yang ada di Papua dan digunakan sebagai alat komunikasi dan sebagai alat panggil kepada orang lain.
  16. ALAT MUSIK TRADISIONAL TIFA
  Alat musik tradisional Tifa termasuk jenis alat musik pukul. Tifa terbuat dari sebatang kayu yang dikosongi atau dihilangkan isinya dan pada  salah satu sisi ujungnya ditutupi, dan biasanya penutupnya digunakan kulit rusa yang telah dikeringkan untuk menghasilkan suara yang bagus  dan indah.
  17. TEROMPET REOG
  Terompet Reog merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Ponorogo Jawa Timur. Alat musik ini biasanya digunakan sebagai pengiring   saat  pertunjukan Reog Ponorogo. Alat musik ini termasuk dalam jenis alat musik tiup.
18. KLEDI ATAU KALDEI
  Kledi atau Kaldei berupa sejumlah tabung bambu yang di hubungkan denga sebuah Labu. 
Sebuah Tabung yang Panjang dapat menghasilkan satu  nada, sedang tabung lainnya dapat 
menghasilkan berbagai ragam nada suling. Alat musik ini terdapat di daerah Kalimantan. 

OPINI : Menurut saya alat musik tradisional indonesia sangat beragam dan itu adalah sesuatu hal yang
 patut di banggakan kepada dunia, maka dri itu hal  ini wajib kita jaga kelestariannya dengan cara 
mengajarkan alat musik tradisional kepada anak-anak, dan juga dirikan snggar-sanggar untuk tempat 
belajar masyarakat